Komunikasi Desain Visual

Desain Komunikasi Visual masih sangat asing terdengar di kalangan masyarakat awam, biasanya di indentikan dengan tukang print, tukang reklame, cetak undangan, sablon dll. Ada juga sebagian orang mengira bahwa Desain Komunikasi Visuak (DKV) itu identic dengan iklan. Sehingga banyak orang memandang sebelah mata tentang dunia desain, memang tidaklah salah tentang pernyataan ini, namun hal ini juga tidak benar sepenuhnya. Karena iklan hanya salah satu sarana (media) yang dihasilkan oleh Desain Komunikasi Visual (DKV).
Saya akan menjelaskan lebih spesifik lagi tentang Desain Komunikasi Visual (DKV). Desain Komunikasi Visual (DKV) berasal dari kata “etimologi” istilah ini dari tiga kata, Desain diambil dari kata “designo” (italia) yang berarti “gambar”. Sedangkan dalam Bahasa inggris desain diambil dari Bahasa latin “designare” yang berarti “merencanakan atau merancang”. Dalam dunia seni rupa istilah desain dipadukan dengan reka bentuk, reka rupa, rancangan atau sketsa ide.
Selanjutnya Komunikasi yang memiliki arti “menyampaikan suatu pesan dari komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan) melalui suatu media dengan maksud tertentu”. Komunikasi sendiri berasal dari Bahasa inggris yaitu “communication” yang di ambil dari Bahasa latin “communis” yang berarti “sama” (dalam Bahasa Inggris : common). Kemudian komunikasi dianggap sebagai proses menciptakan suatu kesamaan (commonness) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan).
Kemudian kata Visual memiliki makna segala sesuatu yang dapat dilihat dan direspon oleh indera penglihatan kita yaitu “mata”. Berasal dari kata latin yaitu “videra” yang berarti “melihat”, yang kemudian dimasukkan ke dalam Bahasa inggis “visual”.
Jadi Desain Komunikasi Visual bisa di katakana sebagai seni menyampaikan pesan ( arts of communication ) dengan menggunakan Bahasa rupa ( visual language ) yang di sampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin di wujudkan. Sedangkan Bahasa rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda, symbol, ilustrasi gambar/foto, tipografi/huruf dan sebagainya.

Sejarah Desain Komunikasi Visual

Sejak jaman pra-sejarah manusia telah mengenal dan mempraktekkan komunikasi visual. Bentuk komunikasi visual pada jaman ini antara lain adalah piktogram yang digunakan untuk menceritakan kejadian sehari-hari pada Jaman Gua (Cave Age), bentuk lain adalah hieroglyphics yang digunakan oleh bangsa Mesir. Kemudian seiring dengan kemajuan jaman dan keahlian manusia, bentuk-bentuk ini beralih ke tulisan, contohnya prasasti, buku, dan lain-lain. Dengan perkembangan kreatifitas manusia, bentuk tulisan ini berkembang lagi menjadi bentuk-bentuk yang lebih menarik dan komunikatif, contohnya seni panggung dan drama; seperti sendratari Ramayana, seni pewayangan yang masih menjadi alat komunikasi yang sangat efektif hingga sekarang.
Sebagai suatu profesi, Desain Komunikasi Visual baru berkembang sekitar tahun 1950-an. Sebelum itu, jika seseorang hendak menyampaikan atau mempromosikan sesuatu secara visual, maka ia harus menggunakan jasa dari bermacam-macam “seniman spesialis”. Spesialis-spesialis ini antara lain adalah visualizers (seniman visualisasi); typographers (penata huruf), yang merencanakan dan mengerjakan teks secara detil dan memberi instruksi kepada percetakan; illustrators, yang memproduksi diagram dan sketsa dan lain-lain.
Dalam perkembangannya, desain komunikasi visual telah melengkapi pekerjaan dari agen periklanan dan tidak hanya mencakup periklanan, tetapi juga desain majalah dan surat kabar yang menampilkan iklan tersebut.Desainer komunikasi visual telah menjadi bagian dari kelompok dalam industri komunikasi – dunia periklanan, penerbitan majalah dan surat kabar, pemasaran dan hubungan masyarakat (public relations).
Desain Komunikasi Visual baru populer di Indonesia pada tahun 1980-an yang dikenalkan oleh desainer grafis asal Belanda bernama Gert Dumbar. Karena menurutnya desain grafis tidak hanya mengurusi cetak-mencetak saja. Namun juga mengurusi moving image, audio visual, display dan pameran. Sehingga istilah desain grafis tidaklah cukup menampung perkembangan yang kian luas. Maka dimunculkan istilah desain komunikasi visual seperti yang kita kenal sekarang ini.
Adapun Fungsi Desain Komunikasi Visual yaitu  yang pertama sebagai sarana identifikasi
            Fungsi dasar yang utama dari desain komunikasi visual adalah sebagai sarana identifikasi. Identitas seseorang dapat mengatakan tentang siapa orang itu, atau dari mana asalnya. Demikian juga dengan suatu benda atau produk, jika mempunyai identitas akan dapat mencerminkan kualitas produk itu dan mudah dikenali, baik oleh produsennya maupun konsumennya. Kita akan lebih mudah membeli minyak goreng dengan menyebutkan merek X ukuran Y liter daripada hanya mengatakan membeli minyak goreng saja. Atau kita akan membeli minyak goreng merek X karena logonya berkesan bening, bersih, dan “sehat”.
Yang Kedua sebagai sarana informasi dan instruksi
Sebagai sarana informasi dan instruksi, desain komunikasi visual bertujuan menunjukkan hubungan antara suatu hal dengan hal yang lain dalam petunjuk, arah, posisi dan skala; contohnya peta, diagram, simbol dan penunjuk arah. Informasi akan berguna apabila dikomunikasikan kepada orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat, dalam bentuk yang dapat dimengerti, dan dipresentasikan secara logis dan konsisten. Simbol-simbol yang kita jumpai sehari-hari seperti tanda dan rambu lalu lintas, simbol-simbol di tempat-tempat umum seperti telepon umum, toilet, restoran dan lain-lain harus bersifat informatif dan komunikatif, dapat dibaca dan dimengerti oleh orang dari berbagai latar belakang dan kalangan. Inilah sekali lagi salah satu alasan mengapa desain komunikasi visual harus bersifat universal.

Dan yang terakhir adalah sebagai sebagai sarana presentasi dan promosi
Tujuan dari desain komunikasi visual sebagai sarana presentasi dan promosi adalah untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat; contohnya poster. Penggunaan gambar dan kata-kata yang diperlukan sangat sedikit, mempunyai satu makna dan mengesankan. Umumnya, untuk mencapai tujuan ini, maka gambar dan kata-kata yang digunakan bersifat persuasif dan menarik, karena tujuan akhirnya adalah menjual suatu produk atau jasa.


Perbedaaan Desain Komunikasi Visual & Seni Murni

Desain Komunikasi Visual sebagai seni rupa terapan adalah bentuk seni yang penerapannya berlaku secara umum dalam bentuk komunikasi visual. Sedangkan Seni murni merupakan ekspresi jiwa yang bersifat individual, subjektif, dan lebih ditujukan kepada kepuasan terhadap karya, bukan terhadap fungsi. 
Hal itu lah yang membuat desain komunikasi visual berbeda dengan seni murni. Sebuah karya seni lebih bersifat ekspresif dan tidak punya tujuan secara umum. Seni bersifat individual dan berorientasi kepada ekspresi dan kepuasan dari pembuatnya (seniman). Sedangkan desain grafis berorientasi kepada kegunaan atau fungsinya. Desain grafis yang baik akan dilihat dari seberapa besar impact dari karya yang dihasilkannya.
Sebagai contoh, coba bandingkan saja sebuah lukisan dengan sebuah poster. Lukisan tidak merayu siapapun untuk melakukan apapun. Lukisan hanya menggambarkan sesuatu yang bisa dinilai bebas dari berbagai sudut pandang. Namun berbeda dengan poster. Poster ditujukan untuk menyampaikan suatu pesan kepada massa. Dan tingkat keberhasilannya pun dilihat dari seberapa baik massa terpengaruh dengan poster tersebut.
Berikut ini merupakan karya dari Seni Murni, Lukisan dll



Sementara dibawah ini beberapa contoh Desain Komunikasi Visual, seperti Banner, X-Banner, poster, brosur dll.

Jadi, sering sekali Desain Komunikasi Visual tampak seperti Seni Murni dan begitu juga sebaliknya. Bahan dan teknik yang digunakan juga hampir sama akan tetapi maksud dan tujuan masing-masingnya berbeda. Penyebutan subjek ahlinya pun berbeda seorang yang ahli Seni Murni disebut Seniman sementara orang yang ahli Desain Komunikasi Visual adalah Desainer. Seniman dan desainer keduanya berusaha memecahkan problem visual, tetapi seniman murni bertujuan lebih untuk memuaskan diri, sedangkan Desainer harus menggerakan sekelompok orang untuk menghadiri suatu acara tertentu, mengikuti petunjuk, memahami peta suatu lokasi atau membeli suatu produk.

Elemen – Elemen Desain Komunikasi Visual

Seorang desainer harus paham bagaimana menggunakan elemen-elemen Desain untuk menunjang suatu desain. elemen-elemen desain komunikasi visual antara lain teks dan tipografi, ilustrasi, warna serta layout. (Timothy. 2007: 1).. Elemen – elemen tersebut bisa digunakan sendiri – sendiri dan bisa juga digabung untuk penggunaannya.
Jika anda sebagai desainer tidak paham dengan hal ini, anda akan susah untuk menyampaikan suatu pesan. Misalkan seperti penggunaan typografi yang benar, bagaimana cara kita untuk menyampaikan pesan yang kita ingin sampaikan jika kita tidak mengenal karakter suatu huruf/font (typografi) ? dibawah ini merupakan contoh ilustrasi penggunaan typografi yang benar :
   Beauty        Beauty
            (Bauhaus 93)                                          (Lucida Calligraphy)

Seperti ilustrasi yang diatas, bisa dilihat jika kita menggunakan jenis font (Bauhaus 93) pada bagian kiri, kita tidak akan mendapatkan kesan yang indah seperti yang ingin disampaikan, jika dibagian di lihat bagian sebelah kanan yang menggunakan font (Lucida Calligraphy) kita bisamendapatkan kesan yang indah dari typografi yang digunakan.
Elemen – elemen yang digunakan dalam Desain Komunikasi Visual antara lain :

A.    Typografi
Tipografi adalah seni menyusun huruf – huruf sehingga dapat dibaca tetapi masih mempunyai nilai desain. Tipografi digunakan sebagai metode untuk menerjemahkan kata-kata (lisan) ke dalam bentuk tulisan (visual). Fungsi Bahasa visual ini adalah untuk mengkomunikasikan ide, cerita dan informasi melalui segala bentuk media, mulai dari label pakaian, poster, buku, surat kabar dan majalah. Oleh karena itu pekerjaan seorang tipografer (penata huruf) tidak dapat lepas dari semua aspek kehidupan sehari – hari. Kemudian didalam Typografi ada 2 hal  yang sangat harus diperhatikan yaitu :

          1.      Legibility 
                adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh:
a.       Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan serif, kontras stroke, dan sebagainya.
b.      Penggunaan warna
c.       Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Legibility adalah tampilan yang layak atau pantas dari dasar-dasar aturan dan kebiasaan dalam semua detil/rincian yang tak terbatas dan menjadi dasar komunikasi tertulis.
        2.      Keterbacaan / readability 
                adalah tingkat kenyamanan suatu susunan huruf saat dibaca, yang dipengaruhi oleh:
1.      Ukuran
2.      Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi, kerning, perataan, dan sebagainya
3.      Kontras warna terhadap latar belakang
4.      Jenis huruf

B.     Simbolisme
Simbol sangat efektif digunakan sebagai sarana informasi untuk menjembatani perbedaan Bahasa yang di gunakan. Misalnya sebagai komponen dari signing system pada pusat perbelanjaan, untuk menginformasikan letak toilet, musolah, restoran, pintu masuk dan keluar, letak pintu darurat, dan symbol lainnya yang digunakan di pusat perbelanjaan tersebut.
Bentuk yang lebih kompleks dari sebuah symbol adalah “Logo”. Logo merupakan identitas dari sebuah perusahaan, karena itu suatu logo mempunyai banyak persyaratan dan harus dapat mencerminkan perusahaan tersebut. Jika ingin membuat sebuah logo, logo harus bersifat unik, mudah diingat dan mudah dimengerti oleh masyarakat yang dituju.

C.    Ilustrasi
Ilustrasi merupakan suatu bidang dari seni yang berspesialisasi dalam penggunaan gambar yang tidak dihasilkan dari kamera atau fotografi (nonphotographic image) untuk visualisasi. Dengan kata lain, ilustrasi adalah gambar yang dihasilkan secara manual.

D.    Layout
Desain atau tata letak (layout) adalah perencanaan untuk menyusun dan menggabungkan seluruh lemen pada desain. Sebelum membuat media desain, desainer terlebih dahulu membuat konsep desain. Beberapa sketsa dalam ukuran kecil dibuat sebelum menata layout dalam ukuran yang sebenarnya. Proses ini disebut thumbnails. Dalam menyusun tata letak, harus dipertimbangkan Prinsip Desain, yaitu unity, simplicity, contrast, proportion, harmony, balace dan tekstur (Santosa, 2009 : 51-59).

E.     Fotografi
Ada dua bidang utama dimana seorang desainer banyak menggunakan elemen fotografi, yaitu penerbitan (publishing) dan periklanan (advertising). Beberapa tugas dan kemampuan yang diperlukan dalam kedua bidang ini hampir sama. Menurut Margaret Donegan dari majalah GQ, dalam penerbitan (dalam hal ini majalah) lebih diutamakan kemampuan untuk bercerita dengan baik dan kontak dengan pembaca; sedangkan dalam periklanan (juga dalam majalan) lebih diutama kemampuan untuk menjual produk yang diiklankan tersebut.
Fotografi sangat efektif untuk mengesankan keberadaan suatu tempat, orang atau produk. Sebuah foto mempunyai kekuasaan walaupun realita yang dilukiskan kadangkala jauh dari keadaan yang sesungguhnya. Selain itu sebuah foto juga harus dapat memberikan kejutan dan keinginan untuk bereksperimen, misalnya dalam hal mencoba resep masakan yang baru atau tren berpakaian terbaru.
Selain elemen-elemen ini, seorang desainer perlu mengerti tentang konsep dasar pemasaran dan hubungannya dengan visualisasi. Ia juga perlu mempunyai kemampuan untuk bekerja dengan rapi dan tepat. Ia juga perlu mempunyai kemampuan untuk bersosialisasi (people skills) untuk menghadapi klien, supplier, sub kontraktor, percetakan dan lain-lain.

Referensi :

1. Darma, Gede Pulo. (2013). Apa Itu Desain Komunikasi Visual (online). https://designideasdkv1.wordpress.com/apa-itu-desain-komunikasi-visual/ . Diakses : 07 Januari 2013.
2.      Supriyono, Rakhmat.2010.Desain Komunikasi Visual-Teori dan Aplikasi.Yogyakarta .C.V ANDI OFFSET
3.      Hadi, Umar. 2007. “'Seni dalam Desain Komunikasi Visual', Irama Visual:dari Toekang Reklame Sampai Komunikator Visual, Program Studi Disain Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta dan Studio Diskom". Jalasutra,Yogyakarta.
4.      Desainstudio. 2010. Perbedaan Desain Grafis & Seni Murni (Online).
5. Pratama, Bagas. 2016. Desain Komunikasi Visual Vs Seni Murni (online). http://pratamaasport.blogspot.co.id/2016/09/desain-komunikasi-visual-vs-seni-murni.htmlDiakses : 26 September 2016.
6.      Cenadi, Christine Suharto. 2004. “Elemen – elemen Dalam Desain Komunikasi Visual”. NIRMANA Vol. 1, No. 1, Januari 1999. Diambil dari : http://fbs.unimed.ac.id/bhnajar/element visual.pdf.
7.      Kurniawan, I Made Sapto. 2012. Desain Komunikasi Visual Sebagai Sarana Sosialisasi Pencegahan AIDS di Bali. Diambil dari : http://download.isidps.ac.id/index.php/category/46-tadesainkomunikasivisual?download=1345:dkv-sebagai-sarana-sosialisasi-pencegahan-aids-di-bali&start=40


Tugas Softskill : Desain Pemodelan Grafik
Nama : Nur Najmi Sania
NPM : 55415194
Kelas : 3IA18


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Autobiografi

PENGENALAN CINEMA 4D

Tutorial Pembuatan Account List Pada MYOB